Atas keputusan Ketua DPRDGR( Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Gotong Royong) tingkat II Kabupaten Karangasem , IDA WAYAN PIDADA
bersama rombongan memutuskan untuk mencalonkan ANAK AGUNG GDE KARANG menjadi
Bupati Karangasem yang saat itu masih menjabat sebagai Danres ( Kapolres)
daerah Jembrana. Rapat penentuan calon bupati dilakukan di Puri Kartasura dan Sekolah Saraswati, karena gedung DPRDGR telah musnah ditelan bencana Gunung
Agung meletus tahun 1963. Maka pada tahun 1967 resmilah ANAK AGUNG GDE KARANG menjadi Bupati
Karangasem dan dilantik di Ulakan pada tanggal 11 Mei 1967.
Untuk membangun Karangasem Anak Agung Gde Karang mencurahkan
segala pikiran, tenaga serta waktu , bahkan tak sedikit pengorbanan yang
dipersembahkan demi Karangasem tercinta
Tantangan untuk membangun Karangasem sanga besar, pengajuan proposal
untuk dana pembangunan akibat bencana Gunung Agung meletus ke provinsi mengalami kelambatan , proposal
tinggal janji belaka. Karangasem jadi terbengkelai. Untuk mencari dana , maka
munculah ide untuk membuat pasar malam di Lapangan Candra Buana selama satu
bulan penuh. Di dalam pasar malam ada ROLET (meja bundar berputar, atraksi TONG
EDAN, AYUNAN GELOMBANG ASMARA dan AKROBAT dan SIRKUS sejenisnya. Karangasem semakin meriah
dimalam harinya , sedangkan siangnya yaitu di Balai Desa , BANJAR KODOK , diadakan kegiatan sabungan ayam yang
terkenal dengan sebutan Gojekan.
Dari kegiatan tersebut Anak Agung Gde Karang selaku Bupati
Karangasem mampu memperoleh dana demi pembangunan Karangasem. Namun demikian
teguran dari atasan tak henti hentinya kehadapan beliau, berbagai macam protes
pedas dari atasan tak dihiraukan oleh Anak Agung Gde Karang. Hal tersebut
membuat pangkat beliau sebagai Komisaris Polisi ditunda kenaikannya. Semangat
untuk membangun Karangasem terus bergelora , situasi tekanan terhadap dirinya
membuat Anak Agung Gde Karang membuat sebuah slogan sindiran yang terpampang
pada perbatasan Karangasem – Klungkung dan perbatasan Karangasem- Buleleng .
Dibawah symbol karangasem terpampang tulisan ‘’ KARANGASEM JANGAN DILUPAKAN ‘’
. Kata “ Karangasem Jangan Dilupakan” memiliki makna ganda.
Pertama adalah sebuah sindiran karena setiap proposal yang
diajukan untuk dana pembangunan karangasem sering diabaikan oleh pemerintah
pusat.
Makna kedua adalah, akibat bencana alam maka banyak
penduduk karangasem mengungsi kedaerah lain untuk mencari penghidupan , sehingga
bagi mereka yang meninggalkan Karangasem agar bisa kembali menyumbangkan
keahliannya untuk membangun Karangasem.
'' KARANGASEM JANGAN DILUPA"
pustaka : Praksok saksi sejarah Puri Kartasura oleh A.A Md Jelantik Karang